Jumat, 19 Desember 2014

PEMBAGIAN DIKSI


PEMBAGIAN DIKSI
A.FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Contoh: Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata “cagar” dan “cakar”. Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

            B.SILABEL

Suku kata disebut juga silabel,silabel adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas)yang utuh pada vokal.
Silabel atau suku kata ialah unit pembentuk kata yang tersusun dari satu fonem atau urutan fonem. Silabel dalam bahasa yunaninya (sullabe )
Contoh silabel
Jika sebuah konsonan diapit dua vokal maka konsonan tersebut ikut vokal
dibelakangnya misalnya kata ibu jika di pisahkan jadi i-bu
Awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasar misalnya
Kata memperbaiki, jika di pisahkan jadi mem-per-ba-ik-i
Jika dua konsonan diapit dua vokal, maka kedua vokal tersebut harus diceraikan
Misalnya kata bantu jika di pisahkan jadi ban-tu.
            C.KONJUNGSI

Konjungsi, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. C0ntoh: dan, atau, serta.
                D.KATA BENDA
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan pikiran (misalnya cinta).Selain itu, jenis kata ini juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri (proper noun) dan kata benda umum atau nama jenis (common noun). Kata benda nama diri adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya Jakarta atau Ali), sedangkan kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas (misalnya kota atau orang).
            E.KATA KERJA
Verba (bahasa Latin: verbum, “kata”) atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.
Segala macam kata yang dapat diperluas dengan kata"dengan+kata sifat"disebut kata kerja.
Contohnya makan dengan lahap.

F.INFLEKSI
Menurut Bickford dkk, dikutif Ba’dulu dan Herman (2005:12) ” morfologi infleksional tidak mengubah satu kata menjadi kata yang lain dan tidak pernah mengubah kategori sintaksis sebaliknya menghasilkan bentuk lain dari kata yang sama”.
            Menurut Verhaar, (2010:121) ”fleksi  adalah proses morfemis yang ditetapkan pada kata sebagai unsur leksikal yang sama”.
            Menurut Chaer, (2007:171) ”sebuah kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan katagori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigma infleksional”.
            Menurut Kridalaksana, (1993:830) mengatakan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal yang mencakup deklinasi nomina, pronomina, ajektiva, dan konjungsi verba, serta merupakan unsur yang ditambahkan oada sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal.
            Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah.
Contohnya: mencuci-dicuci, kucuci-kau cuci, kami cuci.
            G.UTERANS
Uterans adalah sub elemen dari fungsional diksi dan mempengaruhi diksi berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman secara jelas dan efektif.
Contohnya: Jika naik kelas adik merasa senang.

FUNGSI DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN


 A. Fungsi Lingkungan Pendidikan
Tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990: 39–40). Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul. 
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
  1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
  2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
  3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

 B. Jenis Lingkungan Pendidikan
 Lingkungan pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar individu, walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam individu. Lingkungan pendidikan meliputi:
1. Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam).
2.Lingkungan budaya (bahasa,seni, ekonomi,politik, pandangan hidup, keagamaan dan lainnya).
3.Lingkungan sosial/masyarakat (keluarga, kelompok bermain, organisasi).
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yaitu (1) lingkungan pendidikan keluarga; (2) lingkungan pendidikan sekolah ; (3) lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut tripusat Oleh KI Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan yaitu:
A. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ataupun keluarga yang diperluas.
Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula paling pengaruh terhadap tmbuh kembang anak. Di samping faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan komdisi keluarganya.
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggana rasa, menolong orang lain, hidup damai, dan sebagainya.
Lingkungan keluarga bukannya pusat penanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidik sosial. Di dalam keluargalah tempat menanam dasar pembentukan watak anak-anak. Di samping hubungan antara ibu dan anak, komposisi keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan, utamanya proses sosialisasi.
Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga.  Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi dua yakni :  
a.       Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Sebagai contoh dalam masyarakat jawa dikenal berbagai macam upacara adat selama anak masih ada dalam kandungan seperti neloni, mitoni. Selain upacara-upacara adat untuk menyelamati anak yang masih dalam kandungan dalam masyarakat jawa dikenal juga berbagai macam sirikan (hal-hal yang harus dihindari) selama anak masih dalam kandungan.  
Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern.
Secara sederhana pendidikan prenatal dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancer dan selamat.
b.      Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia hidup.
Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluaraga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Pendidikan keluarga berfungsi:
  • Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
  • Menjamin kehidupan emosional anak
  • Menanamkan dasar pendidikan moral
  • Memberikan dasar pendidikan sosial.
  • Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
B. Lingkungan Pendidikan Sekolah
Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.
Sekolah harus diupayakan sedemikian rupa agar mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan, sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk melaksanakan perannya. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan.
Sekolah yang demikian yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangaka mewujudkan tujuan nasional.
Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan.
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan di sekolah.

C. Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a. Masyarakat sebagai penyelengara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedi berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
Dari tiga hal tersebut di atas, yang kedua dan ketiga yang terutama menjadi kawasan dari kajian masyarakat sebagai pusat pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat dibedakan, sedangkan dalam kenyataan sering sukar dipisahkan. Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

C. Perbedaan Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat (TRIPUSAT)
Supaya dapat diinsansi betapa eratnya hubungan antar ketiga lingkungan tersebut serta saling mempengaruhi atas pendidikan anak-anak, perlu kiranya hal itu kita selidiki lebih lanjut yaitu sebagai berikut:
Ø  Perbedaan pertama ialah rumah atau lingkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Sudah sewajarnya bahwa keluarga, terutama orang tua, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anakny timbul dengan sendirinya, secara alami, tidak karena dipaksa atau disuruh orang lain.
Sedangkan sekolah adalah buatan manusia. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya.
Guru sebagai pendidik adalah lain dari orang tua. Orang tau menerima tugasnya sebagai pendidik dari tuhan atau karena kodratnya. Guru menerima tugas dan kekuasaan sebagai pendidik dari pemerintah atau negara.
Sedangkan masyarakat adalah bagaimana anak itu bisa mempertimbangkan pergaulannya dengan teman yang sebaya yang tidak terlalu melampaui batas.
Ø  Perbedaan kedua ialah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan keluarga senantiasa diliputi oleh rasa kasih sayang diantara anggota-anggotanya. Di dalamnya terdapat saling mengerti, pesesamanya. rcaya mempercayai, bantu-membantu, dan ksih-mengasihi.
Sedangkan kehidupan dan pergaulan di sekolah sifatnya lebih luas. Di sekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh murid dan guru. Pergaulan antara anak-anak sesamanya dan antara anak-anak dengan guru lebih bersifat objektif dari pada pergaulan di dalam lingkungan keluarga yang lebih diliputi oleh suasana kasih sayang yang sejati. Maka dari itu, di sekolah anak-anak lebih tidak bebas, lebih terkekang oleh peraturan-peraturan dari pada di dalam lingkungan keluarganya.
Ø  Perbedaan ketiga ialah perbedaan tanggung jawab
Telah dikatakan bahwa orang tua atau keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anaknya dari tuhan atau karna kodratnya. Keluarga, yaitu orang tua, bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka di lahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Bagaimana seharusnya anak-anak itu berbuat, bertingkah laku, berkata-kata, dan sebagainya, terutama bergantung kepada teladan dan pendidikan yang dilakukan oleh keluarganya.
Sedangkan sekolah (guru-guru) lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan keterampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu.
Jelaslah sekarang bagi kita bahwa sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan: keduanya melaksanakan pendidikan keseluruhan dari anak. Perbedaannya hanyalah yang satu lebih menitik beratkan kekpada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
Sedangkan masyarakat yaitu anak harus mempertanggung jawabkannya sendiri apa yang dilakukannya dengan tinjauan dan persetujuan dari orangtua terlebih dahulu .
Ø  Kerjasama antara Keluarga dengan sekolah dan masyarakat
Keluarga dan sekolah sama-sama mendidik anak-anak, baik jasmani maupun rohaninya, sama-sama melakukan pendidikan keseluruhan dari anak. Dengan adanya kerja sama itu orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anak-anaknya.
Keterangan-keterangan orang tua itu sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap murid-muridnya. Juga dari keterangan-keterangan orang tua murid, guru dapat mengetahui keadaan alam sekitar tempat mukrid-muridnya dibesarkan.
Cara-cara untuk mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah dan keluarga antara lain:
1.        Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
2.        Mengadakan surat menyurat antara sekolah dengan keluarga.
3.        Adanya daftar nilai atau rapor.
4.        Kunjungan guru ke rumah orang tua murid, atau sebaliknya kunjungan orang tua murid ke sekolah.
5.        Mengadakan perayaan, peserta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid.
6.        Mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru (POMG).

2.4 D. Pengaruh lingkungan terhadap hasil belajar anak
            Lingkungan siswa adalah tempat di sekitar siswa untuk berinteraksi dengan orang lain maupun melakukan kegiatan, baik kegiatan sehari-hari maupun kegiatan belajar. Lalu adakah Pengaruh Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar siswa? Jawabannya tentu ada.
Ada banyak macam-macam lingkungan, dan tiap lingkungan terdiri dari berbagai kepribadian orang yang tentunya membawa pengaruh besar terhadap prestasi/hasil belajar siswa. Apa saja pengaruhnya?
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi/hasil belajar siswa hanya ada dua, yaitu meningkatkan atau malah menurunkan prestasi siswa itu sendiri. Berikut adalah beberapa contoh lingkungan dan faktor-faktornya yang bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif pada siswa.
v  Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa untuk belajar, tentu bisa meningkatkan prestasi siswa itu sendiri. Sebaliknya, bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa untuk belajar, tentu saja prestasi siswa di sekolah tidak akan bagus. Berikut adalah beberapa tips agar siswa semangat belajar dari segi lingkungan keluarga.
  Sebaiknya orang tua atau saudara, selalu memberi semangat dan motivasi dalam bentuk apapun agar siswa menjadi giat belajar.
  Kehidupan rumah tangga yang harmonis juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Keadaan keluarga dimana ayah dan ibu yang selalu bertengkar, akan membuat siswa menjadi malas untuk belajar di rumah dan lebih memilih untuk keluar jalan-jalan untuk mengusir rasa kesal.
  Orang tua yang menerapkan disiplin pada siswa pasti akan sangat bermanfaat. Siswa akan tumbuh menjadi anak yang disiplin dan tentu saja prestasi belajarnya akan meningkat.
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar siswa dari segi keluarga adalah yang paling besar. Jadi, hendaknya keharmonisan antar anggota keluarga bisa terjaga. Ini sangat berpengaruh pada mental seorang siswa.
v  Lingkungan Sekolah
Pengaruh lingkungan ini terhadap prestasi belajar siswa cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa. Berikut ini adalah hal-hal yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dari segi lingkungan sekolah.
  Fasilitas sekolah yang lengkap akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud misalnya perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratorium dengan peralatan yang memadai, atau fasilitas komputer bila perlu.
  Teman-teman siswa di sekolah yang punya sifat rajin atau telah memiliki prestasi bagus, tentu akan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan tujuan bisa setara atau bahkan melebihi teman-temannya.
  Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki guru-guru yang berkualitas. Mulai dari cara mengajarnya, cara memberi motivasi, atau cara mereka memberi perhatian pada siswa-siswanya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap prestasi siswa.
v  Lingkungan Pergaulan (Teman) 
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar memang sangat besar, apalagi bila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika siswa bisa memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak masalah, tapi kadang siswa banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, yang akhirnya berujung pada penurunan prestasi sekolah. Contohnya bergaul dengan teman yang suka malas belajar, suka bermain game, teman dengan gaya hidup mewah yang melupakan pendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif seperti itu hanya akan membuat siswa menjadi lupa akan kepentingan belajar.
 Untuk menghindari hal-hal seperti ini, perhatian orang tua sebagai orang terdekat dengan siswa sangatlah diperlukan. Perhatikan putra-putri Anda setiap saat, perhatikan bagaimana perkembangan mereka di sekolah, perhatikan juga siapa saja teman-temannya, apakah mereka membawa dampak baik atau buruk.