A. Fungsi Lingkungan Pendidikan
Tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan
pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga,
sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990: 39–40). Seperti
diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin
bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah
dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih
tetap berlanjut.
Secara umum fungsi lingkungan
pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia,
agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang satu
dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat
hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan
sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan,
sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang
diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan
kemampuan diri.
Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi
antar lingkungan sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan
manusia yang berpendidikan dan berkepribadian unggul.
Setiap
pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:
- pembimbingan dalam upaya
pemantapan pribadi yang berbudaya
- pengajaran dalam upaya
penguasaan pengetahuan
- pelatihan dalam upaya pemahiran
keterampilan.
B. Jenis Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar individu,
walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam
individu. Lingkungan pendidikan meliputi:
1. Lingkungan
phisik (keadaan iklim, keadaan alam).
2.Lingkungan
budaya (bahasa,seni, ekonomi,politik, pandangan hidup, keagamaan dan lainnya).
3.Lingkungan
sosial/masyarakat (keluarga, kelompok bermain, organisasi).
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan
menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yaitu (1) lingkungan pendidikan
keluarga; (2) lingkungan pendidikan sekolah ; (3) lingkungan pendidikan
masyarakat atau biasa disebut tripusat Oleh KI Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara membedakan
lingkungan pendidikan yaitu:
A. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer
yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah.
Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ataupun keluarga yang diperluas.
Pada umumnya jenis kedualah yang banyak
ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga
yang mula-mula paling pengaruh terhadap tmbuh kembang anak. Di samping faktor
iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi
tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan
perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi
oleh keseluruhan situasi dan komdisi keluarganya.
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh
merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas
pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar
dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Keluarga juga membina dan
mengembangkan perasaan anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggana
rasa, menolong orang lain, hidup damai, dan sebagainya.
Lingkungan keluarga bukannya pusat
penanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidik sosial. Di dalam
keluargalah tempat menanam dasar pembentukan watak anak-anak. Di samping
hubungan antara ibu dan anak, komposisi keluarga juga mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan, utamanya proses sosialisasi.
Keluarga
juga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang
tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuh adn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama
karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk
dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang
dalam pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi
dua yakni :
a.
Pendidikan
prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan
pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan.
Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat.
Sebagai contoh dalam masyarakat jawa dikenal berbagai macam upacara adat selama
anak masih ada dalam kandungan seperti neloni, mitoni. Selain upacara-upacara
adat untuk menyelamati anak yang masih dalam kandungan dalam masyarakat jawa
dikenal juga berbagai macam sirikan (hal-hal yang harus dihindari) selama anak
masih dalam kandungan.
Dalam
kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan
prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam
kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi
nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal
dalam kehidupan modern.
Secara
sederhana pendidikan prenatal dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si
jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat
terlahir dengan proses yang lancer dan selamat.
b.
Pendidikan
postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan
pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga
akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga
merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir
sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga
tentang ilmu agama.
Sama
seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia,
pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi
manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia
hidup.
Bagaimana
manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan
keluaraga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga
berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga
berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga
dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa
terjadi karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa
orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
Keluarga
merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan
anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat
yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan
sosial.
Pendidikan
keluarga berfungsi:
- Sebagai pengalaman pertama masa
kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional
anak
- Menanamkan dasar pendidikan
moral
- Memberikan dasar pendidikan
sosial.
- Meletakkan dasar-dasar
pendidikan agama bagi anak-anak.
B. Lingkungan Pendidikan Sekolah
Di antara tiga pusat pendidikan,
sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga tidak
mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap
iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat
itu.
Sekolah harus diupayakan sedemikian
rupa agar mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan, sehingga
peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk
melaksanakan perannya. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat
pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga
masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan.
Sekolah yang demikian yang diharapkan
mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangaka
mewujudkan tujuan nasional.
Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah
sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara
optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri
keindonesiaan.
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua
dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat
sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah
berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah
menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan di sekolah.
C. Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan
dapat ditinjau dari tiga segi,
yakni:
a.
Masyarakat
sebagai penyelengara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan
jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
b.
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan atau kelompok sosial
di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan
fungsi edukatif.
c.
Dalam
masyarakat tersedi berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design)
maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam
bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari
pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia
berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan dalam bekerja, bergaul,
dan sebagainya.
Dari tiga hal tersebut di atas, yang
kedua dan ketiga yang terutama menjadi kawasan dari kajian masyarakat sebagai
pusat pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat
dibedakan, sedangkan dalam kenyataan sering sukar dipisahkan. Fungsi masyarakat
sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari
masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam
masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan
minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
C. Perbedaan Lingkungan Keluarga, Lingkungan
Sekolah dan
Lingkungan Masyarakat (TRIPUSAT)
Supaya dapat diinsansi betapa eratnya
hubungan antar ketiga lingkungan
tersebut serta saling mempengaruhi atas pendidikan anak-anak, perlu kiranya hal
itu kita selidiki lebih lanjut yaitu sebagai berikut:
Ø Perbedaan
pertama ialah rumah atau lingkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikan yang
sewajarnya.
Sudah sewajarnya bahwa keluarga,
terutama orang tua, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih
sayang. Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk
mendidik anak-anakny timbul dengan sendirinya, secara alami, tidak karena
dipaksa atau disuruh orang lain.
Sedangkan sekolah adalah buatan manusia.
Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi
anak-anaknya.
Guru sebagai pendidik adalah lain dari
orang tua. Orang tau menerima tugasnya sebagai pendidik dari tuhan atau karena
kodratnya. Guru menerima tugas dan kekuasaan sebagai pendidik dari pemerintah
atau negara.
Sedangkan masyarakat adalah bagaimana anak itu bisa
mempertimbangkan pergaulannya dengan teman yang sebaya yang tidak terlalu melampaui
batas.
Ø Perbedaan kedua
ialah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan dalam
lingkungan keluarga senantiasa diliputi oleh rasa kasih sayang diantara
anggota-anggotanya. Di dalamnya terdapat saling mengerti, pesesamanya. rcaya
mempercayai, bantu-membantu, dan ksih-mengasihi.
Sedangkan kehidupan dan pergaulan di
sekolah sifatnya lebih luas. Di sekolah harus ada ketertiban dan
peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh murid dan guru.
Pergaulan antara anak-anak sesamanya dan antara anak-anak dengan guru lebih
bersifat objektif dari pada pergaulan di dalam lingkungan keluarga yang lebih
diliputi oleh suasana kasih sayang yang sejati. Maka dari itu, di sekolah
anak-anak lebih tidak bebas, lebih terkekang oleh peraturan-peraturan dari pada
di dalam lingkungan keluarganya.
Ø Perbedaan
ketiga ialah perbedaan tanggung jawab
Telah dikatakan bahwa orang tua atau
keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anaknya dari tuhan atau karna
kodratnya. Keluarga, yaitu orang tua, bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan
anak-anaknya sejak mereka di lahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas
pendidikan watak anak-anaknya. Bagaimana seharusnya anak-anak itu berbuat,
bertingkah laku, berkata-kata, dan sebagainya, terutama bergantung kepada
teladan dan pendidikan yang dilakukan oleh keluarganya.
Sedangkan sekolah (guru-guru) lebih
merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan
anak) serta pendidikan keterampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan
anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat pada waktu itu.
Jelaslah sekarang bagi kita bahwa
sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan: keduanya
melaksanakan pendidikan keseluruhan dari anak. Perbedaannya hanyalah yang satu
lebih menitik beratkan kekpada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya masing-masing.
Sedangkan masyarakat yaitu anak harus mempertanggung
jawabkannya sendiri apa yang dilakukannya dengan tinjauan dan persetujuan dari
orangtua terlebih dahulu .
Ø Kerjasama
antara Keluarga dengan sekolah dan masyarakat
Keluarga dan sekolah sama-sama mendidik
anak-anak, baik jasmani maupun rohaninya, sama-sama melakukan pendidikan
keseluruhan dari anak. Dengan adanya kerja sama itu orang tua akan dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya.
Sebaliknya, para guru dapat pula
memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan
sifat-sifat anak-anaknya.
Keterangan-keterangan orang tua itu
sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan
terhadap murid-muridnya. Juga dari keterangan-keterangan orang tua murid, guru
dapat mengetahui keadaan alam sekitar tempat mukrid-muridnya dibesarkan.
Cara-cara untuk mempererat hubungan dan
kerjasama antara sekolah dan keluarga antara lain:
1. Mengadakan pertemuan
dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
2. Mengadakan
surat menyurat antara sekolah dengan keluarga.
3. Adanya daftar
nilai atau rapor.
4. Kunjungan guru
ke rumah orang tua murid, atau sebaliknya kunjungan orang tua murid ke sekolah.
5. Mengadakan
perayaan, peserta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid.
6. Mendirikan
perkumpulan orang tua murid dan guru (POMG).
2.4 D. Pengaruh lingkungan terhadap hasil belajar anak
Lingkungan siswa adalah tempat di sekitar siswa untuk berinteraksi dengan orang
lain maupun melakukan kegiatan, baik kegiatan sehari-hari maupun kegiatan
belajar. Lalu adakah Pengaruh Lingkungan
Terhadap Prestasi Belajar siswa? Jawabannya tentu ada.
Ada
banyak macam-macam lingkungan, dan tiap lingkungan terdiri dari berbagai kepribadian
orang yang tentunya membawa pengaruh besar terhadap prestasi/hasil belajar
siswa. Apa saja pengaruhnya?
Pengaruh
lingkungan terhadap prestasi/hasil belajar siswa hanya ada dua, yaitu
meningkatkan atau malah menurunkan prestasi siswa itu sendiri. Berikut adalah
beberapa contoh lingkungan dan faktor-faktornya yang bisa memberikan pengaruh
positif maupun negatif pada siswa.
v Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama
yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa
untuk belajar, tentu bisa meningkatkan prestasi siswa itu sendiri. Sebaliknya,
bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa
untuk belajar, tentu saja prestasi siswa di sekolah
tidak akan bagus. Berikut adalah beberapa tips agar siswa semangat belajar dari
segi lingkungan keluarga.
Sebaiknya orang tua atau saudara,
selalu memberi semangat dan motivasi dalam bentuk apapun agar siswa
menjadi giat belajar.
Kehidupan rumah tangga yang harmonis juga berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Keadaan keluarga dimana ayah dan ibu yang
selalu bertengkar, akan membuat siswa menjadi malas untuk belajar di rumah dan
lebih memilih untuk keluar jalan-jalan untuk mengusir rasa kesal.
Orang tua yang menerapkan disiplin
pada siswa pasti akan sangat bermanfaat. Siswa akan tumbuh menjadi anak yang
disiplin dan tentu saja prestasi belajarnya akan meningkat.
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar siswa dari
segi keluarga adalah yang paling besar. Jadi, hendaknya keharmonisan antar
anggota keluarga bisa terjaga. Ini sangat berpengaruh pada mental
seorang siswa.
v Lingkungan Sekolah
Pengaruh lingkungan ini terhadap prestasi belajar siswa cukup besar, karena sekolah
adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa.
Berikut ini adalah hal-hal yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dari
segi lingkungan sekolah.
Fasilitas sekolah yang lengkap akan
membuat siswa termotivasi untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud misalnya
perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratorium dengan peralatan yang
memadai, atau fasilitas komputer bila perlu.
Teman-teman siswa
di sekolah yang punya sifat rajin atau telah memiliki prestasi bagus, tentu
akan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan tujuan bisa setara
atau bahkan melebihi teman-temannya.
Sekolah yang baik adalah sekolah
yang memiliki guru-guru yang berkualitas. Mulai dari cara
mengajarnya, cara memberi motivasi, atau cara mereka memberi perhatian pada
siswa-siswanya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap prestasi siswa.
v Lingkungan Pergaulan (Teman)
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar memang sangat
besar, apalagi bila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika
siswa bisa memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak masalah, tapi kadang siswa
banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, yang akhirnya berujung
pada penurunan prestasi sekolah. Contohnya bergaul dengan teman yang suka malas
belajar, suka bermain game, teman dengan gaya hidup mewah yang melupakan pendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif seperti itu hanya
akan membuat siswa menjadi lupa akan kepentingan belajar.
Untuk menghindari
hal-hal seperti ini, perhatian orang tua
sebagai orang terdekat dengan siswa sangatlah diperlukan. Perhatikan putra-putri
Anda setiap saat, perhatikan bagaimana perkembangan mereka di sekolah,
perhatikan juga siapa saja teman-temannya, apakah mereka membawa dampak baik
atau buruk.