Shulfan,
S. Ag*(*Guru Matematika MTsN Madat A. Timur dan Mahasiswa Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta) Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik
atau siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar siswa dapat
mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan wahana sebagai kenderaan.
Pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika
sebagai wahana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam proses belajar
mengajar mencakup beberapa aspek dan metode pengajaran yang sudah dikembangkan
oleh para pakar dan ahli.
Tujuan
utama penyelenggaraan proses belajar mengajar adalah pencapaian tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan penting untuk pencapaian
tujuan tersebut, termasuk didalamnya dengan segala macam metode yang
dikembangkannya. Maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin
belajar dengan ilmu manajemenya, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau
individu yang belajar.
Usaha guru dalam mengatur dan memanej kelas serta menggunakan berbagai variabel pengajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan. Karena itu pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang berlandaskan upaya memberikan bimbingan kepada siswa. Dari sini terrefleksi bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Dengan proses yang berkualitas akan memperoleh hasil yang berkualitas pula.
Usaha guru dalam mengatur dan memanej kelas serta menggunakan berbagai variabel pengajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan. Karena itu pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang berlandaskan upaya memberikan bimbingan kepada siswa. Dari sini terrefleksi bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Dengan proses yang berkualitas akan memperoleh hasil yang berkualitas pula.
Disamping
faktor guru, faktor siswa juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena
salah satu hakekat pembelajaran adalah terjadinya perubahan tingkah laku
seseorang dengan adanya pengalaman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang
optimal jika perubahan itu memang dikehendaki oleh yang belajar, makna bagi
siswa (menurut Ausubel) proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka
mncapai tujuan.
A. PROSES PEMBELAJARAN
A. PROSES PEMBELAJARAN
Proses
belajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru
dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi
mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar
ditandai sejumlah unsur:
a.
Tujuan yang ingin dicapai
b.
Siswa, guru dan sumber belajar lainnya
c.
Bahan pelajaran
d.
Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar.
Hakekat
belajar adalah suatu proses perubahan sikap, tingkah laku, dan nilai setelah
terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar ini selain guru
dapat berupa buku, lingkungan, Teknologi Informasi dan komunikasi atau sesama
pembelajar (sesama siswa). Sedangkan istilah mengajar dalam pengertian di atas
adalah kegiatan dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk
belajar. Dengan demikian mengajar tidak harus merupakan proses tranformasi
pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses itu merupakan proses pembelajaran.
Tugas guru adalah menciptakan situasi siswa belajar. Berbagai pandangan tentang
bagaimana belajar harus terjadi telah dilontarkan para ahli.
Menyangkut
belajar aktif (Piaget) tidak menunjuk hanya pada aksi luar yang ditunjukkan
siswa. Ia mencontohkan yang digunakan oleh Socrates yaitu dengan metode
Socratik (utamanya tanya jawab) untuk mengkondisikan siswa dalam situasi aktif
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Tugas guru adalah mengungkap apa yang
telah dimiliki siswa dan dengan penalarannya dapat bertanya secara tepat pada
saat yang tepat pula sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya melalui
penalaran berdasar pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Bahkan
jawaban benar bukan tujuan utama. Yang utama ialah bagaimana siswa dapat
memperkuat penalaran dan meyakini kebenaran proses berpikirnya yang tentunya
akan membawa ke jawaban yang benar. Hal ini selaras dengan : “penilaian yang
berprinsip menyeluruh”, yaitu penilaian yang mencakup proses dan hasil belajar,
yang secara bertahap menggambarkan perubahan tingkah laku. Menurut As’ari
(2000) perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan seharusnya adalah
sebagai berikut:
1.
Pemberian informasi, perintah dan
pertanyaan oleh guru mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan 30 %, selebihnya
berasal dari siswa.
2.
Siswa mencari informasi, mencari
dan memilih serta menggunakan sumber informasi.
3.
Siswa mengambil inisiatif lebih
banyak.
4.
Siswa mengajukan pertanyaan.
5.
Siswa berpartisipasi dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
6.
Ada penilaian diri dan ada
penilaian sejawat.
Dengan
demikian pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika proses belajar
yang dialami siswa dan proses mengajar yang dialami oleh guru adalah efektif.
Dalam penilaian, efektifitas proses belajar mengajar haruslah ditinjau
keefektifan komponen yang berpengaruh dalam PBM. Misalnya siswanya termotivasi
untuk belajar, materinya menarik, tujuannya jelas, dan hasilnya dapat dirasakan
manfaatnya. Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang optimal perlu
didukung oleh kerangka umum kegiatan belajar yang mendukung berlangsungnya
proses belajar, yang dikenal sebagai struktur pengajaran matematika.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa pembelajaran matematika yang diterapkan sekarang masih
banyak yang menggunakan metode tradisional dengan menggunakan metode tunggal
yaitu ekspositori dengan dilevery method, memposisikan guru sebagai pelaku
utama dan siswa terposisi sebagai peserta didik yang pasif (Marsigit, 2007).
Dengan asumsi ingin memberi bekal materi sebanyak-banyaknya kepada siswa, maka
pada pembelajaran tradisional, guru terpaksa melakukan berbagai kegiatan
kontrol agar siswa bersikap kooperatif dan memperhatikan guru. Kontrol
dilakukan melalui berbagai cara bahkan jika perlu guru mengajukan pertanyaan
sekalipun. Hal ini disebabkan karena belum memahaminya paradigm pendidikan
sebagai kebutuhan siswa, disamping itu guru juga belum mampu mengembangkan
skema pembelajaran untuk melayani berbagai jenis kebutuhan akademik siswa.
B. PENYAJIAN MATERI PELAJARAN
1. Pembelajaran Secara Kelompok
Pembelajaran
secara kelompok merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya siswa
dikelompokkan pada beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar. Belajar kelompok terutama ditujukan untuk mengembangkan konsep pokok /
sub pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktifitas sosial siswa, sikap
dan nilai. Pembelajaran
kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan cara
belajar siswa aktif (CBSA). Misalnya dengan kegiatan diskusi, penelitian
sederhana (observasi), pemecahan masalah serta metode lain yang memungkinkan
sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi dalam belajar secara kelompok.
Kesempatan siswa untuk membina rasa tanggung jawab, rasa toleransi, peluangnya
lebih besar akan dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar kelompok. Dengan
belajar kelompok lebih jauh siswa akan memahami aspek materi pelajaran yang
bersifat problematis berdasarkan pokok bahasan maupun berdasarkan aspek sosial
nyata.
Secara
langsung siswa akan belajar memberikan alternatif pemecahannya melalui
kesepakatan kelompok. Dalam pembelajaran kelompok perlu diperhatikan tentang
alokasi waktu dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Seringkali pembelajaran
kelompok menggunakan waktu yang melebihi dari waktu yang di alokasikan. Untuk itu
kegiatan bimbingan dari guru sangat diperlukan.
2. Pembelajaran Secara Perorangan
Pembelajaran
perorangan dapat membantu proses belajar mengajar yang mengarah pada
optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Untuk melaksanakan kegiatan
belajar tersebut, diantaranya guru perlu memiliki kemampuan yang berkenaan
dengan: mengkaji hasil prestasi belajar siswa merencanakan, melaksanakan, serta
menilai program perbaikan dan pengayaan hasil belajar siswa à melaksanakan
kegiatan belajar dalam latihan secara perorangan. Kemampuan tersebut dalam
pelaksanaannya perlu dilandasi dengan perhatian, bimbingan, dan motivasi dari
guru. Kegiatan belajar perseorangan ditujukan untuk menampung kegiatan
pengayaan dan perbaikan. Program pengayaan perlu diberikan kepada siswa yang
memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman sekelasnya. Program
pengayaan dapat dilaksanakan oleh setiap sekolah yang programnya disesuaikan
dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan
kegiatan perbaikan (remidial) dilaksanakan untuk membantu siswa yang kurang
berhasil atau yang prestasinya dibawah rata-rata teman sekelasnya. Juga program
perbaikan disediakan untuk siswa yang ketinggalan pelajarannya karena tidak
masuk (tidak hadir) pada saat proses belajar mengajar tersebut berlangsung.
Jadi pembelajaran perseorangan pada dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip
belajar tuntas.
Contoh
Pembelajaran
perorangan diantaranya adalah dengan menggunakan paket pengajaran Modul, baik dalam
bentuk cetakan maupun CD interaktif. Dengan Modul ini siswa belajar secara
perorangan, sehingga memungkinkan sekali siswa dapat maju sesuai dengan
kecepatan masing-masing, tidak harus menunggu atau mengejar-ngejar siswa lain
seperti halnya pada pembelajaran klasikal.
Untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memperoleh hasil belajar
yang maksimal salah satu pendekatan umum yang dapat digunakan adalah pendekatan
PAKEM (Pembelajaran aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Adapun mamfaat
bagi siswa adalah:
A = Aktif → siswa
aktif Bertanya Mengemukakan gagasan dan ide Mempertanyakan gagasan
orang lain
K = Kreatif →
siswa dapat Merancang/membuat sesuatu Menulis/mengarang
E = Efektif →
siswa: Menguasai ketrampilan yang diperlukan
M = Menyenagkan →
pembelajaran membuat siswa Berani mencoba dan berbuat Berani
bertanya
Berani mengemukakan pendapat Berani mempertanyakan gagasan orang lain.
C. BEBERAPA STRATEGI YANG DIGUNAKAN
Metode
pemecahan masalah menurut sebagian para ahli pendidikan matematika menyatakan
bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Suatu
pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu
tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah
diketahui sipelaku. Pada saat memecahkan masalah diperlukan strategi jika di
gunakan siswa bisa bermamfaat dalam kehidupan nyata mereka. Strategi dimaksud
antara lain adalah:
a. Membuat diagram
dan mengidentifikasi masalah
Strategi
ini berkaitan dengan pembuatan sket atau gambar yang memudahkan untuk memahami
masalah dan mempermudah mendapat gambaran umum penyelesaian.
b. Dimulai dengan
soal-soal yang sederhana
c. Membuat tabel,
utuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran.
d. Menemukan pola,
mencari keteraturan untuk menemukan penyelesaian
e. Memperhitungkan
setiap kemungkinan
f. Berpikir logis
g. Mencoba-coba,
supaya ada gambaran umum dari apa yang diketahui
Disamping
hal tersebut diatas, banyak juga siswa tumbuh tanpa menyukai matematika sama
sekali (Charles & Laster, 1982). Mereka tidak senang dalam mengerjakan
tugas dan merasa bahwa matematika itu sulit, menakutkan, dan tidak semua orang
dapat mengerjakannya. Rasa tidak percaya diri ini harus dihilangkan sedini
mungkin, dengan melibatkan siswa dalam seluruh kegiatan belajar mengajar agar
tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa tidak senang terhadap
matematika. Permasalahan seperti ini guru haruslah melakukan investigasi atau
penyelidikan kepada siswa merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan
kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan
pembelajaran. Diawali dengan pemecahan soal-soal yang diberikan guru dan pola
ini tidak terstruktur secara ketat yang dalam pelaksanaa mengacu pada berbagai
teori investasi.
Flenor membagi
kegiatan guru dalam pembelajaran menjadi lima tahap:
1.
Apersesi 4.
Penerapan dan
2.
Investigasi 5.
Pengayaan
3.
Diskusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar